Renungan Katolik Hari Minggu, 3 Agustus 2025, "Hidup Bukanlah Kekayaan yang Berlimpah" (Lukas 12:13-21)
Renungan Katolik Hari Minggu, 3 Agustus 2025, "Hidup Bukanlah Kekayaan yang Berlimpah" (Lukas 12:13-21)
> “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab hidup seseorang tidak tergantung pada kekayaannya, sekalipun berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidak tergantung dari kekayaannya itu.” (Lukas 12:15)
Pendahuluan: Kehidupan yang Terjebak dalam Harta
Dalam renungan Katolik hari ini, kita merenungkan Injil Lukas 12:13-21. Yesus berbicara tegas mengenai bahaya keserakahan melalui perumpamaan tentang orang kaya yang bodoh. Orang
ini berpikir bahwa kebahagiaan hidupnya akan sempurna ketika ia memiliki lumbung yang besar untuk menampung semua kekayaannya. Namun, Yesus menyadarkan kita bahwa hidup tidak ditentukan oleh banyaknya harta.
Di tengah dunia modern yang mengagungkan kesuksesan material, sabda Yesus ini menjadi peringatan yang sangat relevan. Apakah hidup kita hanya diukur dari apa yang kita miliki? Apakah kita sudah mengandalkan Tuhan sebagai pusat hidup, ataukah kita terjebak pada ketamakan?
1. Akar Ketamakan dalam Hati Manusia
Yesus memulai dengan peringatan: “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan.” (Luk 12:15). Ketamakan adalah keinginan tak terbatas untuk memiliki lebih banyak, meski sudah cukup. Dalam renungan Katolik hari Minggu 3 Agustus 2025 ini, kita diingatkan bahwa ketamakan bukan hanya soal uang, tapi juga bisa berupa keinginan akan popularitas, kekuasaan, dan hal-hal duniawi lain.
Ketamakan membuat kita lupa berbagi. Kita lebih fokus mengumpulkan, menumpuk, dan menyimpan. Ketamakan menutup hati dari belas kasih kepada sesama. Bahkan sering kali kita beralasan “menyimpan untuk masa depan,” padahal yang kita simpan jauh melampaui yang dibutuhkan.
2. Perumpamaan Orang Kaya yang Bodoh
Orang kaya dalam perumpamaan Injil hari ini merasa bahwa hidupnya akan aman jika ia memiliki lumbung yang lebih besar. Ia berkata kepada dirinya sendiri: “Jiwa, ada padamu banyak barang, bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah!” (Luk 12:19).
Namun, Tuhan berkata: “Hai orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil daripadamu. Bagi siapakah nanti apa yang telah kausediakan itu?” (Luk 12:20).
Orang ini disebut bodoh karena ia berpikir hanya untuk dirinya sendiri dan tidak mempertimbangkan makna hidup sejati. Ia menempatkan kekayaan sebagai pusat hidupnya dan melupakan Tuhan.
3. Hidup Bukan Sekadar Berlimpah
Yesus menutup perumpamaan ini dengan sabda yang tegas: “Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah.” (Luk 12:21).
Artinya, kekayaan duniawi tidak menjamin keselamatan dan kebahagiaan kekal. Kita boleh bekerja dan berusaha untuk hidup layak, tetapi tujuan hidup kita tidak boleh berhenti pada kekayaan materi. Kita dipanggil untuk menjadi “kaya di hadapan Allah”—hidup dalam iman, kasih, dan kebaikan kepada sesama.
4. Bagaimana Menjadi Kaya di Hadapan Allah?
Dalam renungan Katolik harian Lukas 12:13-21, kita diajak untuk menata ulang prioritas hidup. Menjadi kaya di hadapan Allah berarti:
1. Bersyukur dan merasa cukup.
Jangan membandingkan diri dengan orang lain atau mengukur hidup dari materi.
2. Menggunakan harta untuk kebaikan.
Kekayaan adalah sarana, bukan tujuan. Bagikan kepada yang membutuhkan.
3. Menempatkan Tuhan sebagai pusat.
Harta terbesar bukanlah emas dan perak, melainkan iman kepada Yesus Kristus.
4. Menginvestasikan waktu untuk hal rohani.
Doa, membaca Kitab Suci, dan pelayanan adalah investasi kekal yang tak bisa hilang.
5. Relevansi di Era Digital
Di zaman digital ini, kita semakin mudah terjebak dalam perlombaan materi. Media sosial sering membuat kita membandingkan hidup dengan orang lain: siapa yang punya rumah lebih mewah, siapa yang liburan ke luar negeri, siapa yang lebih populer. Tanpa sadar, kita merasa kurang dan terus mengejar lebih banyak.
Yesus hari ini mengingatkan: “Hidup seseorang tidak tergantung pada kekayaannya.” (Luk 12:15). Jangan sampai hidup kita dihabiskan untuk mengesankan orang lain, sementara hati kita miskin akan kasih Tuhan.
6. Pertanyaan Refleksi untuk Kita
Apakah aku menempatkan kekayaan sebagai pusat kebahagiaanku?
Apakah aku merasa cukup atau selalu merasa kurang?
Apakah aku sudah menggunakan berkat yang Tuhan berikan untuk membantu sesama yang membutuhkan?
Apakah aku lebih sibuk mengumpulkan harta duniawi daripada memperkaya hidup rohaniku?
Doa Renungan Katolik
Tuhan Yesus yang penuh kasih, Engkau mengingatkanku bahwa hidupku tidak ditentukan oleh harta. Ajarku untuk puas dengan yang ada, untuk tidak tamak, dan untuk selalu berbagi. Semoga aku dapat menjadi kaya di hadapan-Mu dengan hidup penuh kasih dan iman. Amin.
Kesimpulan
Melalui renungan Katolik Minggu 3 Agustus 2025 ini, kita diajak untuk membangun hidup di atas dasar yang kokoh: iman kepada Tuhan. Kekayaan bisa hilang kapan saja, tetapi yang kita tanam dalam kasih akan tetap kekal.
Mari kita gunakan setiap berkat yang Tuhan berikan bukan untuk menumpuk, tetapi untuk berbagi. Dengan demikian, kita akan sungguh menjadi “kaya di hadapan Allah.”
Demikianlah Renungan Katolik Hari Minggu, 3 Agustus 2025, "Hidup Bukanlah Kekayaan yang Berlimpah" (Lukas 12:13-21), semoga bermanfaat.
Baca Juga Injil, Renungan dan Santo Santa THEKATOLIK.COM Lainnya di Google News