Renungan Katolik Minggu, 12 Oktober 2025 Bacaan Injil: Lukas 17:11–19
📖 Renungan Katolik Minggu, 12 Oktober 2025 Bacaan Injil: Lukas 17:11–19
Syukur yang Membawa Keselamatan
Injil Lukas 17:11–19 menceritakan perjumpaan Yesus dengan sepuluh orang kusta. Mereka berteriak dari kejauhan: “Yesus, Guru, kasihanilah kami!” Yesus menyuruh mereka pergi memperlihatkan diri kepada imam, dan dalam perjalanan, mereka semua menjadi sembuh. Namun hanya satu orang, seorang Samaria, yang kembali untuk bersyukur. Yesus pun berkata: “Imanmu telah menyelamatkan engkau.”
Kisah ini bukan sekadar tentang penyembuhan fisik, melainkan tentang keselamatan yang lahir dari syukur.
Penyakit Kusta dan Keterasingan
Pada zaman Yesus, penyakit kusta bukan hanya masalah medis, tetapi juga sosial dan religius. Orang kusta dianggap najis, dijauhi, dan tidak boleh masuk ke dalam komunitas. Mereka hidup dalam keterasingan, tanpa penghiburan, bahkan tanpa hak beribadah.
Ketika Yesus menyembuhkan mereka, Ia tidak hanya memulihkan tubuh, tetapi juga mengembalikan martabat dan hubungan sosial mereka. Inilah tanda nyata kasih Allah yang memulihkan hidup secara utuh.
Sepuluh Disembuhkan, Satu Diselamatkan
Semua sepuluh disembuhkan, tetapi hanya satu yang kembali bersyukur. Mengapa?
⦁ Yang sembilan mungkin sibuk kembali ke keluarga.
⦁ Ada yang mungkin lebih mementingkan urusan duniawi.
⦁ Mereka menerima anugerah, tetapi lupa kepada Pemberi Anugerah.
Yesus menegur: “Bukankah kesepuluh orang itu semuanya telah menjadi tahir? Dimanakah yang sembilan orang itu?”
Di sini kita belajar bahwa syukur bukan sekadar kata-kata, tetapi sikap hati yang kembali kepada Allah.
Iman dan Syukur
Yesus berkata kepada si Samaria: “Imanmu telah menyelamatkan engkau.” Bukan hanya kesembuhan tubuh yang dia terima, tetapi keselamatan jiwa.
Artinya: iman yang benar selalu melahirkan rasa syukur, dan syukur yang sejati membuka jalan menuju keselamatan.
Relevansi untuk Hidup Kita
1. Syukur dalam hal kecil
Kita sering sibuk meminta, tapi lupa berterima kasih. Seperti sembilan orang yang pergi begitu saja, kita pun sering lupa pada Sang Pemberi Berkat.
Mari belajar bersyukur, bukan hanya saat menerima hal besar, tetapi juga atas hal sederhana: udara yang kita hirup, keluarga, sahabat, pekerjaan, bahkan ujian hidup yang membentuk kita.
2. Syukur mengubah cara pandang
Orang yang bersyukur melihat segala sesuatu sebagai karunia. Ia tidak gampang iri, tidak mudah mengeluh. Hidupnya dipenuhi sukacita karena hatinya terarah pada Tuhan.
3. Syukur sebagai jalan iman
Bersyukur bukan hanya urusan etika, tetapi juga urusan iman. Saat kita bersyukur, kita mengakui Allah sebagai Sumber hidup, dan kita membuka hati untuk menerima keselamatan.
Ajakan
Hari ini, mari kita tanyakan pada diri: Apakah kita termasuk di antara sembilan yang pergi tanpa bersyukur, atau seperti satu orang Samaria yang kembali kepada Yesus?
Setiap kali kita mengucapkan doa syukur, kita sebenarnya sedang mendekatkan diri kepada Allah. Mari belajar untuk menjadikan syukur sebagai nafas iman kita.
Demikianlah Renungan Katolik Minggu, 12 Oktober 2025 Bacaan Injil: Lukas 17:11–19, semoga bermanfaat.