Renungan Katolik Rabu 24 Desember 2025 Bacaan Injil: Lukas 1:67-79

Renungan Katolik Rabu 24 Desember 2025 Bacaan Injil: Lukas 1:67-79

✨ Renungan Katolik Rabu 24 Desember 2025 Bacaan Injil: Lukas 1:67-79

“Benedictus: Ketika Hati Lama yang Membisu Mulai Bernyanyi”

Hari ini Gereja mengajak kita merenungkan salah satu nyanyian paling indah dalam Kitab Suci, yaitu Kidung Zakharia—Benedictus. Setelah berbulan-bulan membisu karena ketidakpercayaannya, Zakharia akhirnya kembali dapat berbicara. Dan kata pertama yang keluar dari mulutnya bukanlah keluhan, bukan pula pembelaan diri, melainkan pujian kepada Allah.

Di malam Vigili Natal ini, ketika dunia bersiap menyambut kelahiran Yesus, bacaan ini hadir sebagai jembatan rohani: dari sunyi menuju pujian, dari penantian menuju penggenapan, dari gelap menuju terang.

1. Zakharia: Dari Kebisuan Menuju Pewartaan

Zakharia membisu bukan karena Tuhan ingin menghukumnya, tetapi untuk membentuknya. Kebisuan itu seperti “ruang retret” dalam batin Zakharia—tempat di mana ia belajar kembali percaya, belajar diam, belajar mendengarkan.

Dan ketika waktunya tiba, suaranya dipulihkan bukan untuk berbicara sembarangan, tetapi untuk memberitakan karya Allah.

"Terpujilah Tuhan, Allah Israel, sebab Ia melawat umat-Nya..." (Luk. 1:68)

Bagi kita, masa Adven sering terasa seperti masa yang penuh kebisingan: keramaian toko, persiapan pesta, aktivitas keluarga, dan kalender yang penuh. Tapi Zakharia mengingatkan kita: Tuhan sering berbicara justru ketika kita memilih diam.

Mungkin kita juga perlu “membisu sejenak”—menutup layar ponsel, berhenti membandingkan hidup, berhenti mengeluh—supaya Tuhan bisa berbicara.

2. Benedictus: Pujian yang Membuka Masa Baru

Nyanyian Zakharia bukan sekadar lagu. Ia adalah deklarasi iman yang membuka babak baru dalam sejarah keselamatan. Ada beberapa tema besar dalam Benedictus:

a. Allah yang mengunjungi umat-Nya

Zakharia menyadari bahwa Allah tidak tinggal diam. Ia datang, Ia hadir, Ia terlibat.

Natal adalah tanda bahwa Allah melangkah masuk ke dalam sejarah manusia—ke dalam kekacauan dunia dan kekusutan hati kita.

b. Allah menggenapi janji-Nya

Janji yang pernah diucapkan kepada Abraham, Ishak, dan Yakub kini menjadi nyata. Kesetiaan Allah mengalahkan waktu.

Apa pun yang kita doakan hari ini—meski belum terjawab—dibingkai oleh kebenaran ini:

Allah tidak lupa. Allah tidak ingkar. Allah menepati.

c. Cahaya bagi mereka yang diam dalam kegelapan

Inilah salah satu kalimat paling kuat dari Benedictus:

"...untuk menyinari mereka yang diam dalam kegelapan…"

Kegelapan itu bisa berupa:

  • kelelahan hidup
  • kecemasan masa depan
  • luka batin yang belum pulih
  • kegagalan yang mematahkan diri
  • kesendirian yang tak terucap
  • dosa yang sulit kita lepaskan

Kristus datang bukan hanya sebagai bayi yang lucu di palungan, melainkan Cahaya Allah yang menerangi kegelapan terdalam manusia.

3. Yohanes Pembaptis: Sang Pembuka Jalan

Zakharia lalu berbicara tentang anaknya, Yohanes:

"Engkau, anakku, akan disebut nabi Allah Yang Mahatinggi…"

Yohanes ditugaskan menyiapkan jalan, bukan menjadi jalan itu sendiri. Ia mengarahkan orang kepada Kristus.

Ini pelajaran besar bagi kita:

  • Kita dipanggil bukan untuk menjadi pusat perhatian.
  • Kita dipanggil untuk membawa orang kepada Yesus.
  • Kita dipanggil menjadi saksi yang mempersiapkan hati orang lain.

Di keluarga, pekerjaan, komunitas, dan media sosial—apakah hidup kita sudah menjadi “pembuka jalan” bagi kehadiran Tuhan?

4. Terang Natal yang Menyapa Kegelapan Kita

Di malam 24 Desember ini, bacaan ini mempersiapkan kita untuk menyambut Kelahiran Tuhan dengan hati yang murni:

  • Bukan sekadar merayakan pesta, tetapi membuka ruang bagi terang Kristus.
  • Bukan sekadar mengulang tradisi, tetapi mengizinkan Injil mengubah diri.
  • Bukan sekadar menerima kedatangan Yesus secara liturgis, tetapi secara pribadi.

Kristus datang untuk damai sejahtera, bukan hanya untuk dunia secara umum, tetapi bagi kedalaman hati kita masing-masing.

Jika ada area hidup yang terasa gelap, kusut, buntu, atau berat—Kristus ingin masuk ke sana.

Jika ada relasi yang perlu disembuhkan, Kristus ingin hadir di situ.

Jika ada masa depan yang menakutkan, Kristus datang membawa kepastian kasih Allah.

📌 Pesan Penutup

Pada malam menjelang Natal ini, semoga kita belajar seperti Zakharia:

  • belajar diam agar dapat mendengar,
  • belajar percaya meski lama menunggu,
  • belajar memuji ketika melihat karya Tuhan,
  • dan belajar menyambut Terang yang datang untuk dunia.

Kiranya Benedictus menjadi nyanyian hati kita hari ini: pujian, pengharapan, dan syukur.

Demikianlah Renungan Katolik Rabu 24 Desember 2025 Bacaan Injil: Lukas 1:67-79, semoga bermanfaat, Tuhan Memberkati. Amin.

Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url