Renungan Katolik Senin, 13 Oktober 2025 Bacaan Injil: Lukas 11:29–32
📖 Renungan Katolik Senin, 13 Oktober 2025 Bacaan Injil: Lukas 11:29–32
“Bertobat dan Membuka Hati pada Tanda Allah”
Hari ini kita merenungkan sabda Yesus dari Lukas 11:29–32. Ketika orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya, Yesus berkata:
“Angkatan ini adalah angkatan yang jahat. Mereka menuntut suatu tanda, tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda Nabi Yunus.”
Yesus menegaskan bahwa tanda keselamatan telah hadir di tengah mereka, namun mereka masih buta dan menutup hati.
Tanda Nabi Yunus
Siapa Yunus? Ia nabi yang diutus Allah ke kota Niniwe. Awalnya ia lari, tapi akhirnya Yunus taat dan mewartakan pertobatan. Penduduk Niniwe mendengarkan, mereka bertobat, dan Allah mengampuni mereka.
Yesus menggunakan kisah ini sebagai gambaran: sebagaimana Yunus menjadi tanda bagi orang Niniwe, demikian pula Yesus menjadi tanda keselamatan bagi seluruh dunia.
Bedanya, Yunus hanya manusia, sedangkan Yesus adalah Putra Allah sendiri. Jika orang Niniwe saja mau bertobat mendengar Yunus, bagaimana mungkin orang yang melihat Yesus sendiri masih keras hati?
Lebih dari Yunus dan Salomo
Yesus menyinggung ratu dari Selatan yang datang mendengar hikmat Salomo. Ratu itu rela menempuh perjalanan jauh hanya untuk mencari kebijaksanaan manusia. Namun, di hadapan orang banyak waktu itu, berdirilah Yesus, Hikmat Allah yang sejati, namun mereka tidak menyambut-Nya.
Ini menjadi teguran keras bagi kita:
⦁ Apakah kita sungguh membuka hati pada Yesus yang hadir dalam sabda dan sakramen?
⦁ Ataukah kita sibuk menuntut tanda-tanda ajaib, padahal tanda terbesar sudah hadir dalam diri- Nya?
Menuntut Tanda vs. Membuka Iman
Orang Yahudi pada masa Yesus sering menuntut mukjizat. Mereka ingin bukti yang sensasional. Tetapi iman yang sejati tidak bergantung pada tontonan ajaib. Iman lahir dari hati yang terbuka pada sabda Allah.
Yesus berkata: “Tidak ada tanda lain selain tanda Yunus.”
Artinya, tanda terbesar bukan keajaiban spektakuler, melainkan pertobatan. Jika kita sungguh bertobat, itu adalah tanda bahwa Allah hidup dan bekerja dalam hati kita.
Pertobatan sebagai Tanda Sejati
Pertobatan bukan sekadar meninggalkan dosa, tetapi juga berbalik kepada Allah, membangun relasi baru dengan-Nya. Orang Niniwe bertobat dengan puasa, doa, dan sikap rendah hati. Itu sebabnya Allah berbelaskasihan.
Kita pun dipanggil untuk bertobat:
⦁ Menyadari kesombongan dan menggantinya dengan kerendahan hati.
⦁ Melepaskan ego dan mulai mendengarkan suara Allah.
⦁ Membiarkan sabda Yesus menuntun setiap langkah hidup kita.
Relevansi dalam Kehidupan Kita
Penutup
Hari ini Yesus mengingatkan kita: jangan sibuk menuntut tanda, tapi jadilah tanda melalui pertobatan. Dunia sedang haus akan saksi iman yang nyata, bukan hanya pengajar kata. Mari kita belajar dari orang Niniwe yang mendengar suara Allah melalui Yunus, dan dari ratu Selatan yang mencari kebijaksanaan.
Yesus jauh lebih besar dari Yunus dan Salomo. Dia adalah Sumber Keselamatan. Mari kita sambut Dia dengan hati yang bertobat dan penuh iman.
Demikianlah Renungan Katolik Senin, 13 Oktober 2025 Bacaan Injil: Lukas 11:29–32, semoga bermanfaat.